Penulis : M. Anis Matta
Penerbit : Fitrah Rabbani, Bandung
Cetakan : 2006
Call Number: 297.272 Mat d
Anis Matta adalah salah seorang tokoh politik yang saya yakin sudah tidak jarang orang yang mengenalnya. Suami dari dua istri ini lahir di Bone, Sulawesi Selatan, pada 7 Desember 1968. Beliau menempuh pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Inpres Welado (1980), Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Darul Arqam (1983), Skolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) Darul Arqam (1986), LIPIA (1992), KSA XI Lemhanas 2001. Sebelum tumbangnya zaman orde baru, memang nama pemuda ini tidak terlalu tenar di telinga masyarakat. Nama Anis Matta mulai mencuat sejak beliau bergabung dalam jajaran elit politik salah satu partai kader yang berasaskan Islam di Indonesia, Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Terlebih nama Anis Matta mulai dikenal akrab di masyarakat sejak beliau menjadi Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) terpilih Republik Indonesia (RI) periode 2009-2014 dan menjabat sebagai sekretaris jendral (sekjen) PKS periode 2010-2015.
Terlepas dari keterlibatannya di panggung politik negeri ini dan statement-statement beliau yang akhir-akhir ini dianggap meresahkan oleh beberapa masyarakat, pemuda paruh baya yang pernah menjabat sebagai anggota Majelis Hikmah Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah (2000-2005) ini memang sudah terbiasa menulis dan melahirkan banyak karya yang menjadi rujukan pergerakan Islam khususnya pergerakan mahasiswa, utamanya yang aktif di dalam dakwah kampus. Beberapa karya beliau adalah Delapan Mata Air Kecemerlangan, Serial Cinta, Menikmati Demokrasi, Mencari Pahlawan Indonesia, Model Manusia Muslim Abad ke-21, dan buku lainnya, sampai DARI GERAKAN KE NEGARA yang menjadi bahan resensi saya pada kesempatan kali ini.
Dari judul bukunya, secara sekilas mungkin kita sudah bisa menebak mau dibawa kemana pikiran kita oleh beliau dalam ulasan buku ini. Kata kunci pertama yang tertera pada judul buku ini—gerakan—memang secara tersurat telah menyampaikan kepada kita bahwa dalam ulasannya buku ini akan membahas banyak mengenai dunia pergerakan, yang bila kita melihat latar belakang beliau kita sudah dapat member kesimpulan awal bahwa yang dimaksud adalah pergerakan Islam. Kata kunci kedua dalam judul buku ini adalah kata negara, bentuk struktur terbesar dalam suatu bangsa. Dari judul utuh buku ini tergambar dengan gamblang bahwa Anis Matta ingin mengajak kita memasuki alam pikirannya, memiliki perspektif yang berbeda dalam melihat dan membangun suatu negara.
Judul lengkap dari buku ini adalah DARI GERAKAN KE NEGARA : Sebuah Rekonstruksi Negara Madinah yang Dibangun dari Bahan Dasar Sebuah Gerakan. Awalnya pasti muncul pertanyaan dalam benak kita,”Mengapa Anis Matta menulis buku dengan judul sedemikian rupa? Apakah ada yang salah dengan negara kita sehingga beliau memilih diksi ‘rekonstruksi’ pada judulnya?” Dalam buku ini memang terlihat jelas bahwa mantan direktur Pusat Studi Islam Almanar ini, ingin memberikan perspektif yang berbeda dalam mengelola suatu negara. Anis Matta yang terlahir dari lingkungan yang sarat akan nilai dan norma keislaman, mencoba memberikan formulasi yang berbeda dalam membangun suatu negara, yaitu negara dengan perspektif Al-Quran dan Sunnah yang disesuaikan dengan kondisi bangsa-negara masa kini.
Dalam bukunya, beliau mengawali dengan memaparkan kisah bagaimana dulu Rasulullah membangun suatu gerakan di Mekkah yang mengawali pergerakan umat Islam. Dari proses bergerak ke Madinah atau yang biasa kita kenal dengan istilah hijrah Rasulullah memulai pergerakan Islam ke arah negara yang akan dibentuk di sana. Dalam membangun negara paling tidak ada empat hal yang dilakukan oleh Rasulullah. Pertama, pembangunan infrasturktur pemerintahan yang dimanifestasikan dalam bentuk masjid. Kedua, melakukan kohesi sosial berupa penggabungan dengan ajaln pernikahan dua kultur yang tidak pernah bertemu sebelumnya antara pendatang dengan pemukim, antara kaum Muhajirin dengan Anshar. Ketiga, membuat nota kesepakatan di antara penduduk Madinah dengan adil yang termanifestasi dalam Piagam Madinah. Dan kempat, membuat sistem pertahanan dan keamanan berupa kewajiban jihad fi sabilillah, kewajiban membela tanah air Madinah yang dibebankan pada semua penduduk Madinah. Transformasi gerakan dari Mekkah ke Madinah, kata Anis Matta, mengajarkan kita dua hal penting. Pertama, hakikat dakwah dan tujuannya serta strategi sosial yang harus dilakukan sebagai dasar pembentukan negara di Madinah. Kedua, hakikat negara dan fungsiya. Kedua hal di atas tidak lain adalah bentuk pengejawantahan kehendak Allah dalam bentuk institusi negara pastinya diperlukan sebagai penerap sistem Islam sebagai sistem kehidupan yang tidak lainnya tujuannya hanya satu kesejahteraan manusia agar bisa mengabdi kepada Allah secara kaffah.
Dalam buku ini, Anis Matta membeberkan beberapa poin penting yang diperlukan dalam konsep membangun negara dengan prinsip pergerakan. Satu dari beberapa poin itu adalah risalah pergerakan ini memang harus dibawa oleh manusia-manusia terbaik. Jika kita mau berkaca pada tarikh peradaban manusia, hamper tidak ada peradaban yang dibawakan oleh orang-orang biasa. Hampir semua peradaban selalu dibentuk oleh orang-orang besar dengan ide-ide dan gagasan raksasa yang ide dan gagasannya tidak berlebihan bila kita katakan melebihi usia biilogis mereka. Sebut saja peradaban Madinah yang dibentuk Rasulullah. Rasulullah dalam dakwahnya, setelah dinobatkan sebagai seorang rasul oleh Allah menggaet orang-orang penting di sekitar kaum Quraisy. Orang-orang penting itu meliputi pembesar-pembesar Quraisy, negarawan, politisi, tokoh masyarakat, penakluk-penakluk raksasa, intelejen, ulama, akademisi, perawi, dan pembesar lainnya.
Tidak hanya itu, Anis Matta juga memaparkan permasalahan-permasalahan yang disertai dengan solusi yang paling tidak menjadi tantangan yang harus diwujudkan. Salah satunya adalah tantang profesionalitas manusia dalam memegang amanah mewujudkan peradaban ini. Beliau berpendapat bahwa saat ini memang belum ada manusia-manusia dengan ide-ide raksasa untuk mewujudkan negara sebagai awal peradaban agung ini, atau minimal belum banyak manusia-manusia itu. Seandainya memang ada, itupun tidak terhimpun dalam satu jama’ah yang menginstitusi dan mengoordinasikan gerak sesuai dengan proporsionalitas kebutuhan dakwah. Antara satu tokoh dengan yang lainnya tidak ada amal jama’i yang terstruktur. Sehingga, otomatis juga tidak ada tujuan bersama di antara mereka. Inilah masalah umat yang paling mendasar. Diyakini atau tidak, umat Islam tidak bodoh, umat ini juga tidak semuanya tidak mampu berpikir besar. Namun, karena tidak terkoordinasi semuanya menjadi tidak produktif. Sebab, yang dibutuhkan umat adalah penyelesaian secara keseluruhan, sedangkan yang sekarang terjadi hanyalah penyelesaian-penyelesaian yang bersifat parsial, tidak menyeluruh. Dengan tidak adanya satu institusi bersama maka ruang ijtihad juga mengalami stagnasi, terbatas hanya dalam institusi-institusi golongan yang dampak ijtihad dakwahnya tidak luas dan terbatas. Selain itu, kondisi masyarakat dengan pragmatismenya yang menganggap bahwa syariat Islam memicu disintegrasi bangsa menjadi tantangan tersendiri. Dan saat ini juga masih sangat jarang ulama yang menguasai disiplin ilmu yang bisa menggabungkan antara wahyu degan realitas, ulama yang memahami kondisi real masyarakat, mengetahui betul bagaimana permasalahan umat, tidak sekadar teori, namun juga memiliki pemahaman fiqh yang baik dengan segala turunannya. Karena, ketepatan fatwa yang sesuai dengan kondisi masa kini sangat diperlukan untuk pergerakan dakwah.
Buku ini sangat cocok dibaca untuk pemula yang mempelajari pergerakan Islam di Indonesia. Sebab, bahasanya tidak terlalu berat dan tidak terlalu banyak istilah asing yang memaksa kita membuka kamus atau buku referensi lainnya. Dengan bahasa yang ringan dan mudah dicerna, proses memahami alur pikiran Anis Matta dalam pemaparannya tentang pergerakan untuk mewujudkan negara tidak terlalu sulit. Keunggulan lainnya dari buku ini adalah beliau sering mengawali bahasannya tidak langsung pada pokok isi yang ingin beliau sampaikan, namun beliau mengawali dengan perpektif sejarah terlebih dahulu. Ini terlihat dengan pemaparan beliaun yang banyak mengambil siroh nabawiyah baik pada zaman Rasulullah maupun sahabat, sampai masa-masa peradaban modern. Hal ini penting karena Islam adalah ajaran agama yang sistemik dan ilmiah. Dengan adanya gambaran yang menurut kita ideal dengan langsung berkaca pada zaman Rasulullah, kita bisa bercermin bagaimana bila Ada ungkapan yang mengatakan bahwa sejarah akan selalu berulang. Anis Matta juga mengatakan bahwa peradaban bisa ditegakkan bila syarat-syarat tegaknya peradaban itu ada pada diri kita dan syarat-syarat gagal tegaknya peradaban itu tidak ada pada diri kita. Sehingga, dengan kita berkaca pada sejarah peradaban yang telah ada, kita bisa melakukan evaluasi untuk menyiapkan syarat-syarat tegaknya peradaban yang kita impikan tersebut. Selain itu, rumusan-rumusan konkret yang beliau utarakan juga menjadi kelebihan tersendiri. Karena, terkadang buku yang membahas tentang cita-cita seseorang atau umat dalam menggambarkan kondisi ideal yang seharusnya, biasanya bahasa dan isi yang digambarkan terkesan normatif, tidak aplikatif, unworkable, terkesan hanya utopia. Itulah yang membuat masyarakat menjadi kurang yakin, karena para ideolog, pemikir, dalam menuliskan ide dalam bukunya tidak merambah pada ranah aplikatif yang sifatnya kontekstual, riil dapat diterapkan di masyarakat.
Resensi oleh: Bintang Gumilang
http://bintangumilang.tumblr.com/post/32749103607/resensi-dari-gerakan-ke-negara
Diposting oleh Ahmad Yunus di 05.41
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Faceboo
0 Comments